Apa Itu Emotional Eating?
Kalau berbicara tentang makan, siapa sih yang gak suka makan? Apalagi makan makanan enak! Namun, sama seperti hal lainnya, jika terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan juga akan menjadi sesuatu yang tidak baik. Namun, ada kalanya kita merasa nafsu makan menghilang total, sedangkan ada juga kalanya kita merasa nafsu makan meningkat drastis.
Saya pun begitu. Ketika saya sedih, rasanya nafsu makan hilang total. Bahkan keinginan untuk makan baru bisa muncul ketika perut sudah bunyi atau ketika sudah merasa sakit. Namun, ketika saya merasa marah, tertekan, entah mengapa rasanya tubuh saya “meminta” banyak hal. Entah sesuatu yang rasanya asin, manis, asam, pedas.. Tiba-tiba kepengen pizza padahal sudah makan nasi.. Tiba-tiba kepengen es krim, padahal sudah minum bubble tea.. Dorongannya sangat kuat sampai akhirnya hal ini mengubah kebiasaan makan saya. Apakah kamu juga pernah merasakannya?
Momen di mana keinginan untuk makan muncul berdekatan dengan munculnya emosi yang kuat bisa dikategorikan dengan emotional eating atau juga dikenal sebagai stress eating. Dorongan ini wajar, saya cukup yakin banyak yang juga mengalaminya.
Menurut ahli fisiologi, Robert Sapolsky, emotional eating ini terjadi sebagai respon pertahanan diri setelah mode fight or flight yang terjadi di dalam tubuh kita ketika berhadapan dengan stress. Pada awalnya, tubuh kita akan mengeluarkan CRF (Corticotropin Releasing Factor) dan hormon ACTH (Adrenocortico-tropic Hormone) yang akan menekan nafsu makan dan mengambil energi dari otot-otot pada tubuh sehingga kita bisa melawan/menghadapi stress yang muncul.
Namun, setelah tubuh memberikan respon untuk melawan/menghadapi stress, group hormon stress, Glucocorticoids, akan mendorong nafsu makan agar naik untuk menggantikan energi yang sudah digunakan selama melawan/menghadapi stress tersebut.
Karena hal tersebut terjadi secara otomatis pada tubuh, tentu akan mustahil bagi kita untuk mengontrolnya. Yang bisa kita lakukan ketika emotional eating itu datang adalah dengan memperhatikan sensasi yang terjadi pada tubuh kita ketika emotional eating sedang berlangsung; Apa yang menjadi pemicu emotional eating ini? Apa yang kita cari dari makanan tersebut? Apakah makanan yang kita pilih bisa membuat kita merasa lebih tenang? Membuat kita merasa lebih senang?
Sebenarnya, jika kita melakukan emotional eating ini 1-2x tidak akan menjadi masalah besar. Namun banyak di antara kita terjebak dalam siklus ini sehingga kebiasaan makan kita pun berubah. Tidak heran jika bukan hanya berat badan yang bertambah, namun kesehatan kita juga semakin terpengaruh.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk menyadari kenapa emotional eating bisa terjadi, apa yang kita rasakan dan apa yang terjadi pada tubuh kita ketika emotional eating itu berlangsung. Dengan begitu, akan semakin mudah juga untuk kita untuk memutus mata rantai emotional eating dan mulai mencoba metode lain untuk terhindar dari emotional eating.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah sadar kapan emotional eating tersebut terjadi? Apa pemicunya? Lalu makanan apa saja yang selama ini bisa memuaskan hasrat emotional eating-mu? Yuk share di kolom komentar!
Dan jika kamu ingin tahu lebih lanjut mengenai emotional eating, jangan lupa untuk ikutan kelas Mindful Eating bersama saya dan dr. Sylvia Irawati, M.Gizi, hari Selasa 20 Oktober 2020 jam 18:30. Silakan klik di sini untuk info lebih lanjut!