Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang selalu saja membuat, memberikan alasan ataupun ngeles setiap kali ia melakukan kesalahan? Atau mungkin kamu sendiri sering melakukannya?
Berbagai alasan dan upaya untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, dikenal sebagai ego defense mechanism atau mekanisme pertahanan ego. Kita menjalankan mekanisme tersebut untuk melindungi diri/ego kita dari perasaan gelisah ataupun perasaan bersalah yang muncul setiap kali kita merasa terancam. Mekanisme ini muncul untuk melindungi untuk ego kita yang lemah dan ia hidup di alam bawah sadar kita.
Mekanisme pertahanan ego ini muncul secara alamiah saat kita merasa tidak nyaman dengan keadaan sekitar yang membuat ego kita terusik. Misalnya, Karmila memiliki seorang ibu yang sangat keras. Setiap kali ia melakukan kesalahan, sekecil apapun, ia akan diomeli dan tak jarang dipukul oleh ibunya. Setiap hari Ibu tiba, ketika teman-temannya sibuk memesan bunga dan meluangkan waktu untuk makan malam bersama ibunya, ia memilih untuk menyibukkan dirinya dengan lembur di kantor. Setiap kali semua teman-temannya bercerita tentang ibunya, Karmila merasa tidak nyaman. Egonya merasa terancam.
Pada saat seperti itulah mekanisme tersebut terbentuk. Semakin mudah kita merasa terancam, terganggu ataupun tidak nyaman, maka semakin sering juga mekanisme tersebut berjalan tanpa kita sadari. Dan hal tersebut bukanlah pola yang sehat; itu adalah tanda bahwa kita ingin lari dari masalah. Namun, apakah lari dari masalah adalah hal yang baik? Apakah dengan lari dari masalah, semuanya bisa selesai begitu saja?
Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan 5 macam mekanisme pertahanan ego yang lumayan sering kita jumpai. Berikut penjelasannya:
Repression
Ini adalah mekanisme pertahanan ego yang pertama kali ditemukan oleh Freud dan adalah salah satu mekanisme pertahanan yang paling umum terjadi. Repression adalah mekanisme alam bawah sadar yang dimiliki ego untuk tetap mengganggu atau mengancam pikiran agar tetap berada dalam keadaan tidak sadar.
Misalnya, Andi sedang dimarahi habis-habisan oleh orangtuanya karena sepedanya rusak. Padahal, bukan Andi yang merusaknya, melainkan adiknya. Karena orangtuanya marah besar dan Andi tidak diberikan kesempatan untuk membela diri, akhirnya ia menekan perasaannya dengan cara mengurung diri di kamar dan tidak berbicara sepatah kata pun.
Hal ini tentu bukanlah mekanisme pertahanan ego yang baik dilakukan dalam jangka panjang karena hal ini melibatkan keinginan, ide atau ingatan yang mengganggu ke dalam alam bawah sadar, di mana meskipun tertutup tetap saja akan menciptakan rasa cemas.
Displacement
Displacement adalah pengalihan dari sebuah impuls (biasanya berupa agresi) kepada target pengganti yang tidak berdaya. Mekanisme seperti ini biasanya timbul pada korban bullying. Ketika seseorang dibully orang lain, tidak sedikit korban yang malah meneruskan kekerasan tersebut kepada orang lain yang dianggap lebih lemah darinya.
Namun, mekanisme displacement juga bisa terjadi pada target lainnya, misalnya pada hewan peliharaan, ataupun pada barang-barang yang dianggap sebagai simbol dari target sesungguhnya.
Denial
Dari semua mekanisme pertahanan ego, saya cukup yakin banyak orang yang familiar dengan kata ‘denial’. Denial adalah mekanisme yang melibatkan pemblokiran suatu kejadian tertentu dari kesadaran kita. Jika situasi yang dihadapi terlalu berat, seseorang yang bertahan dengan mekanisme denial akan menolak untuk merasakannya.
Misalnya ketika Sari merasakan duka yang mendalam karena suami yang sangat dicintainya meninggal dunia ketika sedang bertugas. Saking beratnya perasaan sedih yang dirasakan Sari, akhirnya mekanisme denial bekerja sehingga Sari menolak kenyataan bahwa suaminya sudah meninggal di kala bertugas; yang ia pecayai adalah suaminya hanya belum kembali dari bertugas.
Seperti yang bisa kamu bayangkan, denial ini adalah salah satu bentuk pertahanan yang sangat berbahaya karena tidak ada yang bisa lari dari kenyataan dan terus menerus bersembunyi dari kenyataan dalam waktu yang lama.
Avoidance
Avoidance adalah bentuk pertahanan yang mirip dengan denial. Bedanya, avoidance akan membuatmu sibuk atau mencari pengalihan fokus dengan berbagai cara untuk menenggelamkan rasa tidak nyaman yang muncul saat kita sedang diam. Pasti di antara kita banyak yang mengetahui seseorang yang seperti ini; ketika sedang menghadapi masalah besar, ia melampiaskannya dengan bekerja sangat keras, atau bahkan wisata kuliner terus menerus. Atau mungkin kamu pernah berhadapan dengan orang yang menghindari topik tertentu dengan mengalihkan fokusnya ke gadget. Apakah kamu pernah menemui orang seperti itu? Atau mungkin kamu salah satunya?
Sublimation
Hal ini serupa seperti displacement, namun pengalihan ini lebih bersifat konstruktif dibandingkan destruktif. Biasanya mekanisme sublimation ini dirasakan oleh para artis atau pekerja seni lainnya. Mereka bisa meluapkan emosi mereka ke dalam sebuah karya seni. Entah ke dalam tarian, lagu, ataupun ilustrasi.
Ketika berbagai hal di sekitar kita menyuguhkan keadaan yang berlawanan atau bahkan dianggap mengancam ego kita, sangatlah wajar jika kita menjadi merasa tersudutkan, kewalahan, dan khawatir jika diri ini bisa runtuh seketika. Tetapi, hal yang wajar bukan berarti hal yang baik. Semakin sering mekanisme ini muncul dan ‘mengambil alih’ dirimu, maka itu adalah pertanda seberapa sering kita ingin berlari menghindar dari masalah.
Dengan menyadari mekanisme pertahanan ego seperti apa yang kamu miliki, maka kamu bisa semakin jeli dalam mengamati dirimu sendiri; mekanisme pertahanan ego seperti apakah yang sering muncul? Apa saja yang menjadi pemicu munculnya rasa tidak nyaman tersebut?
Sekarang, mungkin kita sudah jadi selangkah lebih dekat dengan sumber rasa tidak nyaman; cari tahu kira-kira apa saja yang kita butuhkan untuk memperbaiki ego kita? Apakah dengan belajar memaafkan diri sendiri, ataukah kamu membutuhkan bantuan profesional untuk membantumu mengatasinya?
Setelah membaca artikel ini, apakah kamu sudah menyadari apa bentuk mekanisme pertahanan egomu? Yuk share pengalamanmu di kolom komentar!