Terkadang saya suka main “random game/ permainan acak” di mana saya memilih sebuah buku, secara acak membuka halamannya, dan membiarkan mata dan hati saya menuntun saya ke arah mana saya harus melihat.
Hari ini saya bermain untuk kamu. Dan buku pilihan saya kali ini adalah Sophie’s World karya Jostein Gaarder. Yap, buku yang sangat klasik :\\\”)
Awalnya, saya sampai di halaman yang membahas tentang teori evolusi Darwin. Sangat menarik memang, tapi tulisannya cukup panjang dan berat. Jadi, saya mengucapkan sebuah doa lagi dan meminta agar saya dituntun ke sebuah halaman di mana saya bisa menemukan bacaan yang cukup mudah dimengerti sekaligus bermakna untuk semua pembaca saya – yang adalah KAMU.
Doa saya terjawab! Dan seperti inilah bacaannya.
Di India, terutama, ada beberapa gerakan mistik jauh sebelum zamannya Plato. Swami Vivekenanda, seorang India yang membantu membawa ajaran Hindu ke dunia barat, suatu kali berkata,
‘Seperti beberapa agama di dunia yang menyebut orang-orang yang tidak mempercayai keberadaan persona Tuhan di luar diri mereka sebagai ateis, kami menyebut orang yang tidak mempercayai diri mereka sendiri sebagai ateis. Tidak percaya pada kemuliaan dari jiwa seseorang, itulah yang kami sebut sebagai ateisme.’
Sebuah pengalaman mistik juga sangat berpengaruh pada kehidupan beretika. Seorang mantan presiden India, Sarvepalli Radhakrishnan, pernah berkata,
‘Cintailah tetanggamu karena kamu adalah tetanggamu. Yang membuat kamu berpikir bahwa tetanggamu adalah orang yang lain dari dirimu adalah sebuah ilusi.’
Di zaman kita, orang-orang yang tidak menganut suatu agama tertentu juga menyebutkan berbagai pengalaman mistik mereka. Mereka tiba-tiba mengalami sesuatu yang disebut ‘kesadaran kosmik’ atau ‘perasaan bersatu ke dalam samudera’. Mereka telah merasa bagaimana mereka tertarik ke luar dari Waktu dan telah mengalami dunia ‘dari sudut pandang keabadian’.
…
Seluruh dunia hampir bisa diibaratkan sebagai seorang manusia yang hidup, dan terasa seakan manusia tersebut adalah Sophie sendiri. Dunia ini adalah saya, demikian pikir Sophie. Alam semesta raya yang seringkali tak terduga dan menakutkan baginya—adalah dirinya sendiri. Tentu, sekarang, alam semesta tetap begitu besar dan agung, tapi kini dirinya sendiri yang terasa begitu besar.
…
Benarkah dia bisa percaya bahwa segala sesuatu adalah satu ‘Saya’ yang ilahi? Bisakah ia percaya bahwa di dalam jiwanya terdapat ‘percikan dari api itu’? Jika ini semua benar, maka sungguh memang ia adalah makhluk yang ilahi.
Wow, pesan yang sangat kuat dan menakjubkan, kan?
Saya sangat suka bagian yang mengatakan bahwa orang yang tidak mempercayai dirinya sendiri itulah seorang ateis.
Kita berada di sini untuk terbangun dari ilusi bahwa kita terpisah dari satu sama lain. Inilah salah satu alasan mengapa kita bersetubuh sebenarnya. Inilah salah satu alasan mengapa kita suka terhubung dengan orang lain. Karena secara bawah sadar, kita selalu mencari kebersatuan ini. Menyatu dengan seseorang. Menyatu dengan seluruh alam semesta itu sendiri.
Saya doakan agar seiring waktu kita semakin terbangun dari ilusi keterpisahan dan kita dapat menjadi semakin penuh cinta kasih terhadap satu sama lain. Karena apapun yang kita berikan kepada orang lain, sesungguhnya kita berikan kepada diri kita sendiri.
Love and light,
Amelia adalah seorang penulis dan Intuitive Coach. Misinya adalah membantu orang lain untuk menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mengapa mereka ada di sini, dan bagaimana untuk menjadi diri mereka yang sejati. Ia melakukannya dengan berbagai cara, mulai dari quantum healing, card reading, chakra wisdom healing, meditasi, dan menyalurkan pesan dari Semesta lewat life coaching. Saat ini Amelia terus berbagi lewat berbagai kelas offline dan online, workshop dan retreat. Ia secara rutin menulis pada blog yang bisa diakses di ameliadevina.com. Amelia bisa dihubungi lewat email hello@ameliadevina.com, halaman facebook Amelia Devina, dan instagram/ twitter @ameliadevina777.