Sering Menghakimi Diri Sendiri? Atasi dengan 4 Cara Ini!

\\\"\\\"

 

“Yah, masa gini aja takut.. Orang lain aja berani coba”
“Ah, bodoh banget deh..Gini aja ga beres.”
\\\”Harusnya gue ga usah marah tadi. Merasa bersalah jadinya, nahan emosi aja ga bisa\\\”
\\\”Payah, gitu aja gagal. Padahal liat tuh orang lain bisa\\\”

Coba diingat-ingat, kapan terakhir kali kamu menjudge dirimu sendiri dan mengasosiasikan dirimu pada hal-hal yang bersifat negatif seperti contoh di atas? Bulan lalu? Minggu lalu? Kemarin? Atau jangan-jangan barusan?

Seberapa sering kamu menjudge dirimu sendiri? Setiap kali kamu melakukan kesalahan? Setiap kali orang lain memarahimu? Atau setiap kali kamu dianggap telah mengecewakan orang di sekitarmu?

Kebiasaan untuk memberikan penghakiman kepada diri bisa saja muncul dari penghakiman-penghakiman yang diberikan orang lain kepada kita; baik dari norma masyarakat, kebiasaan keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi, dogma agama atau bahkan standar tinggi yang memang diberikan dari diri sendiri (perfeksionis). Dan biasanya, dari sanalah kita mulai menempatkan harapan-harapan tertentu kepada diri sendiri yang seringkali malah menimbulkan ketakutan, kemarahan, kekecewaan dan juga kesedihan jika kita tidak dapat memenuhinya. Tentu saja, saya sendiri terkadang masih memberikan penghakiman diri sendiri. Namun, saya sering menggunakan 4 cara berikut untuk mengurangi kebiasaan tersebut:

1. Sadari momen penghakimannya

\\\"\\\"

Kapanpun penghakiman-penghakiman tersebut dilontarkan, cobalah untuk menyadarinya. “Oh, barusan saya menghakimi diri sendiri”. Bagi sebagian orang, menyadari hal ini bukan hal yang mudah. Hal ini mirip seperti menyadari momen ketika kita bernapas. Seberapa sering kita sadar ada udara yang keluar masuk melalui hidung kita?

Bagi kamu yang merasa sulit untuk menyadari penghakiman yang kamu lakukan, kamu bisa mulai dari mencoba menjalani aktivitas dengan penuh kesadaran. Cobalah untuk mulai menyadari satu per satu kegiatan yang biasa kamu lakukan secara autopilot; mandi, mengunyah makanan, gosok gigi dan sebagainya. Dengan begitu, kamu bisa lebih menyadari setiap hal yang muncul dan tenggelam pada dirimu sendiri.

2. Kembangkan rasa ingin tahu

Setelah menyadari momen penghakiman tersebut, coba tanyakan kepada dirimu sendiri, “Kenapa aku bisa menilai diriku sendiri seperti itu?”, “Memangnya apa yang aku harapkan?” dan berbagai pertanyaan lainnya yang bertujuan untuk membongkar, mencari penyebab mengapa kita bisa menghakimi diri sendiri seperti itu.

Selain itu, kita juga tidak bisa menjadi judgemental dan penasaran secara bersamaan. Mereka adalah 2 hal berbeda yang saling bertolak belakang sehingga dengan menjadi penasaran bisa sangat membantu kamu keluar dari kebiasaan menghakimi dirimu sendiri.

3. Perhalus kata-kata yang digunakan

Setelah menyadari dan mengerti mengapa kita memberikan penghakiman tersebut kepada diri kita sendiri, bukan berarti kita akan langsung berhenti dari kebiasaan tersebut. Sama seperti kebiasaan lainnya, kita butuh waktu dan butuh untuk melatih diri kita agar bisa mengubah kebiasaan tersebut.

Salah satu cara jitu yang bisa kamu coba adalah dengan menggunakan kata-kata yang lebih halus dari biasanya. Misalnya, kamu sering menghakimi dirimu sebagai orang yang lambat sehingga kamu seringkali telat masuk ke kantor. Kamu bisa mengganti kalimat “aku memang orang yang lambat” menjadi “hari ini aku kurang bersemangat”, atau “saat makan, aku memang kurang fokus karena bermain gadget”. Hal ini bisa membantu kita untuk menyadari apa yang sesungguhnya terjadi dan tidak menggeneralisir sebuah kejadian sebagai hal buruk yang akan melekat pada dirimu selamanya.

Sebagai permulaan, kamu bisa mencoba untuk mengurangi penggunaan kata-kata seperti “baik-buruk”, “salah-benar”, “bodoh-pintar”, “cantik-jelek” dan menggantinya dengan kata-kata seperti, “membantu-kurang membantu”, “nyaman-kurang nyaman”, “menantang-kurang menantang” dan sebagainya.

\\\"\\\"

4. Kembangakan empati

Bukan hanya orang-orang di sekitarmu yang membutuhkan empati dari dirimu, namun juga dirimu sendiri. Ketika kita berempati dengan kejadian yang menimpa orang lain, kita cenderung akan menghindari penghakiman. Biasanya kita akan memberikan perhatian dan juga berusaha memberikannya semangat.

Jika kita bisa begitu baiknya kepada orang lain, kenapa kita tidak bisa baik kepada diri kita sendiri? Dengan mengurangi penghakiman diri, kita bisa menjadi lebih pengertian dan memberikan perhatian yang selayaknya sudah diberikan kepada diri sendiri.

 

“You yourself, as much as anybody in the entire universe, deserve your love and affection” – Buddha

 

Ketika kita berharap kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik ke depannya, bukan berarti kita boleh untuk memberikan tekanan berlebih dengan judgement. Sebagai manusia, kita juga pasti pernah lalai, pernah melakukan sesuatu yang di luar kendali. Ada baiknya jika kita juga bisa memaklumi kelalaian yang pernah kita perbuat, sama seperti kita bisa memaafkan kelalaian orang lain.

Semoga artikel ini bermanfaat dan silakan bagikan kepada keluarga dan teman-temanmu yang saat ini sering memberikan penghakiman kepada dirinya sendiri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *