Meditasi untuk Remaja dan Millenials: Apakah Cocok?

\\\"\\\"

Bagi yang sudah dewasa, saya cukup yakin banyak dari kita yang paham bahwa meditasi memiliki dampak yang baik dalam kehidupan. Berbeda dengan yang berumur 20-an yang sedang aktif-aktifnya dan tenggelam di berbagai kesibukannya. Mungkin teman-teman yang masih berusia 20-an ini menganggap meditasi sebagai hal yang membosankan dan tidak membawa manfaat yang berarti.

Padahal, masa remaja ini merupakan masa yang sangat krusial di mana manusia memiliki kekhawatiran cukup tinggi pada banyak hal; penampilan, keberhasilan, pencapaian, masa depan dan lain sebagainya. “Kenapa dia sudah mencapai A, B dan C, sedangkan saya belum mencapai apa-apa?”, “Kenapa dia lebih disukai daripada saya?” dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya. Jika kekhawatiran ini tidak dihadapi dengan cara yang bijak, sangat berpotensi menimbulkan masalah lain di lain waktu.

Bahkan pada studi yang dijalankan oleh Clinical Science Program, Department of Psychology pada tahun 2020 menyatakan bahwa pendekatan Mindfulness-Based Intervention seperti meditasi dapat membantu para remaja untuk menghadapi gejala stress, kegelisahan, dan depresi. Jadi, sebenarnya memang meditasi itu cocok untuk siapa saja!

“Namun, bagaimana caranya?”

1. Role model

\\\"\\\"

Bagi orangtua, guru ataupun kakak: Kalau kamu ingin memperkenalkan hidup yang mindful kepada anak, saudara ataupun murid yang masih remaja, kamu sendiri harus menjadi role model untuk mereka. Tunjukkan bahwa kamu adalah orang yang mindful dan mindfulness tersebut bukan hanya membantumu dalam menjalani hidup sehingga mereka bisa terinfluence dan menjadikanmu sebagai role modelnya.

Bagi remaja dan kaum millenial: Kamu butuh memliki sosok yang kamu anggap sebagai role model dari perjalananmu menjalani kehidupan yang lebih mindful. Dengan begitu, kamu bisa belajar beberapa cara yang biasa digunakan dalam menghadapi berbagai rintangan dalam kehidupannya.

2. Jangan memaksa

Bagi orangtua, guru ataupun kakak: Mindfulness memang baik, namun segala yang baik juga akan menjadi gak baik jika dipaksakan. Jika memang ia tidak atau belum tertarik. Jangan dipaksakan. Karena jika dipaksakan, bukannya menjadi tertarik dan semakin rajin untuk mempraktekkannya, namun malah membuatnya menjadi antipati dan semakin tidak mau mengenal mindfulness. Fokus saja dengan praktek meditasimu sendiri dan dia akan kembali ngobrol denganmu tentang meditasi ketika ia membutuhkannya.

Bagi remaja dan kaum millenial: Tidak usah memaksa dirimu untuk selalu menjadi mindful atau selalu menerapkan meditasi pada setiap aktivitasmu. Ingat, segala sesuatu perlu penyesuaian. Mulai dari langkah kecil terlebih dahulu agar terbentuk kebiasaannya sehingga intensitasnya bisa ditingkatkan dari waktu ke waktu.

3. Be Relevant

Bagi orangtua, guru ataupun kakak: Jika menyiapkan waktu special untuk duduk diam dan mengamati nafas tidaklah cocok dengan gaya dan aktivitas mereka, cobalah untuk memberikan contoh berupa praktek meditasi yang berbeda. Jika mereka selama ini khawatir dengan penampilan mereka, ajaklah mereka untuk membagikan pemikiran-pemikiran mereka tentang penampilan. Ingat, saat memperkenalkan meditasi, kamu harus menggunakan cara yang relevan dengan permasalahan dan kebiasaan mereka.

Bagi remaja dan millenial: Ada berbagai metode dalam meditasi. Kamu bisa eksplorasi dan juga memilih metode yang mana yang sesuai dengan kebutuhanmu di berbagai saat. Kamu juga bisa mengkonsultasikan hal tersebut kepada mentor kamu jika kamu membutuhkan panduan darinya.

\\\"\\\"

4. Don’t take it personally

Yang ini khusus untuk orangtua, guru ataupun kakak. Kemungkinan penolakan para remaja dan millenials untuk meditasi saya rasa cukup tinggi. Namun, jangan baper. Wajar banget jika ada orang yang menolak kita karena mereka merasa apa yang kita tawarkan tidak bermanfaat untuknya. Apalagi anak remaja yang pikirannya seringkali terdistraksi dengan berbagai hal yang dianggapnya lebih menyenangkan dibanding merenungkan hal-hal yang membuat hidup mereka tidak nyaman.

Mereka hanya belum mengerti. Jadi jangan terburu-buru menghakimi mereka.

5. Ingat, kamu sedang menanamkan benihnya

Bagi orangtua, guru ataupun kakak: Jika mereka gak langsung mempraktekkan sendiri apa yang telah kamu bagikan, itu adalah hal yang wajar. Ingat, yang sedang kamu lakukan adalah membantunya membangun kehidupan yang mindful melalui meditasi dan itu tidak bisa dilakukan dengan mendikte ataupun memberikan perintah.

Kita hanya bisa membantu memberikan benihnya, dan mengajarkan cara merawatnya. Sisanya hanya ia sendiri yang bisa konsisten merawat dan menumbuhkan benihnya sendiri. Jadi, sekecil apapun usaha yang kamu lakukan pasti akan membawakan hasil.

Bagi remaja dan millenial: Cobalah meditasi dari teknik yang paling simple: bernafas. Dan coba untuk melakukannya di waktu-waktu yang nyaman menurutmu. Ingat, kamu sedang menanamkan kebiasaan baru. Butuh waktu, namun juga butuh konsistensi. Jadi, tentukan waktu yang nyaman, dan konsisten lah dalam menjalankannya!

\\\"\\\"

Ingat, menjalani hidup yang lebih mindful dengan cara meditasi bukanlah jalan pintas. Itu adalah jalan panjang yang perlu dilalui perlahan dan penuh kesadaran. Jika kamu ingin kenal lebih lanjut meditasi dan bagaimana meditasi bisa mempengaruhi kehidupanmu, yuk ikutan kelas meditasi bersama Tsamara Fahrana di Loveground 10 Maret 2021 nanti! Tertarik? Dapatkan info dan daftarkan dirimu di sini!

Selamat mencoba!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *