Pada tahun 2008 ada seorang neurobiologist bernama Semir Zeki yang berasal dari University College London’s Laboratory of Neurobiology meneliti tentang asal usul rasa benci. Pada percobaan tersebut, sang peneliti mencoba mencari bagian otak yang mana yang menjadi aktif ketika subjek diberikan foto orang yang ia benci. Ternyata, beberapa bagian otak yang aktif ketika perasaan benci timbul memiliki pola yang sama ketika perasaan cinta muncul. Tak heran ya jika cinta dan benci bedanya tipis sekali..
Meski perbedaannya tipis, namun perbedaan antara cinta dan benci terlihat begitu mencolok. Pada saat perasaan cinta muncul, bagian otak yang bekerja saat menghakimi seseorang tampak tidak aktif. Sedangkan saat perasaan benci muncul, maka bagian otak tersebut akan aktif untuk mengevaluasi dan memprediksi tingkah lakunya.
Pada artikel sebelumnya, saya sempat membahas mengenai asal usul kebencian di mana saya sempat menyinggung sedikit mengenai rasa benci yang ditimbulkan akibat jalinan karma. Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan kisah dari salah satu klien saya yang merasakan penderitaan ketika mencintai karena jalinan karmanya di masa lalu.
Klien saya adalah seorang perempuan. Kita sebut saja namanya Yuli. Saat saya bertemu dengan Yuli, ia menceritakan kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan selama belasan tahun. Bayangkan, belasan tahun ia mencintai seseorang yang tidak membalas perasaannya sama sekali. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Setelah melakukan past life regression (salah satu metode yang digunakan dalam sesi QHHT – Quantum Healing Hypnosis Therapy yang saya jalankan), saya mendapatkan informasi yang cukup mengejutkan. Ternyata Yuli memiliki hubungan karma yang sangat kuat dengan pria tersebut pada kehidupannya yang lampau. Pada kehidupan lampau, Yuli merupakan korban pemerkosaan yang dilakukan oleh pria tersebut. Pada kejadian tersebut, Yuli meninggal karena upaya pemerkosaan tersebut dalam keadaan marah dan penuh dendam. Karena dendam yang sangat amat mendalam tersebut, jalinan karmanya tetap berlangsung hingga kehidupan saat ini. Namun, hubungan karma yang terjadi saat ini berbeda; bukan benci maupun dendam, tetapi jatuh cinta.
Dalam kasus yang dialami oleh Yuli, ada hal yang belum dilakukan oleh Yuli di masa lampau, yaitu belajar memaafkan dan melepas lelaki itu. Namun, karena ia belum melakukannya di masa lampau, maka sekarang ia dihadapkan kembali dengan pelajaran yang sama, belajar untuk memaafkan dan melepaskan.
Di dalam kehidupan, ada berbagai hal yang perlu kita pelajari. Pelajaran tersebut biasanya kita dapatkan dari hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Sedangkan, setiap hubungan yang terjalin bukanlah suatu hal yang terjadi secara tiba-tiba; ada hubungannya dengan karma. Apa yang hadir di depan kamu sekarang adalah hasil dari setiap perbuatan yang kamu lakukan, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan lampau. Jika kamu saat ini menderita, bisa jadi ada hal yang perlu kamu maafkan, ikhlaskan dan relakan sebagai bentuk pelajaran.
Setiap orang yang kita benci, pasti ingin mengajarkan sesuatu kepada kita. Jadi, bayangkan jika kita terjerumus untuk terus menghakimi dan membenci orang tersebut.. Apalagi jika kita sampai berhubungan buruk dengan orang tersebut dan menyimpan dendam, bagaimana kita bisa mendapatkan pelajarannya? Dengan meneruskan kebencian, kita berarti melewatkan kesempatan untuk belajar dan melatih diri; sejauh mana kita bisa menerima apa yang sudah terjadi, sabar menghadapi keadaan saat ini dan juga ikhlas untuk memaafkan/melepaskan.
Tanpa ada orang-orang yang kita anggap menyebalkan ini, kita tidak bisa berlatih dan menjadi seseorang yang lebih baik. Jadi, pada akhirnya kita hanya berbagi peran di Bumi; tidak ada benar-benar baik dan benar-benar jahat karena kita saling membutuhkan satu sama lain untuk berkembang.