Ingatkah kamu momen di mana kamu pertama kali belajar naik sepeda? Rasa takut, khawatir, dan mungkin rasa sakit karena terjatuh pernah kamu alami selama belajar naik sepeda. Rasanya sulit untuk mencari titik seimbang antara mengayuh dan mempertahankan posisi sepeda.
Namun ketika kita sudah mahir naik sepeda pun, kita akan perlu beradaptasi kembali ketika mengendarai motor karena sudah tidak lagi menggunakan kaki untuk mengayuh. Di sisi lain, proses adaptasi ini akan berlangsung lebih cepat dibandingkan waktu kita pertama kali belajar naik sepeda karena secara konsep, sepeda dan motor adalah 2 hal yang mirip; dari bentuk hingga penggunaannya. Namun bagaimana dengan berbagai permasalahan di hidup kita?
Beberapa minggu terakhir, kita mendapatkan banyak sekali informasi yang tentunya membawa kita untuk berhadapan dengan konflik. Seluruh opini, aspirasi, pendapat, curhat, dan berbagai hal lainnya tumpah, tersaji di depan kita. Setiap orang menjadi terhubung, perang ide pun ada di mana-mana; di kantor, di rumah, di jalan, dan juga di komunitas.
Mungkin ada di antara kita yang begitu bersemangat untuk terus mengutarakan pendapatnya, namun mungkin ada juga yang merasa begitu letih mendengarkan pendapat semua orang. Hal ini sangat wajar karena saat ini kita sudah berada di tengah-tengah musim Libra.
Libra sendiri memiliki simbol yang menyerupai timbangan yang menunjukan keseimbangan; di mana sebuah timbangan bersifat sebagai pengamat, bergerak perlahan dan perlahan-lahan akan diam ketika sudah mencapai keseimbangan. Hal tersebut melambangkan bahwa kita butuh untuk lebih mengamati, kita butuh lebih banyak waktu untuk berkontemplasi sebelum melakukan sesuatu.
Bayangkan momen akhir-akhir ini seperti sebuah kelas latihan naik sepeda; setiap orang sedang meraba-raba bagaimana caranya agar bisa mengayuh sepeda hingga seimbang. Kita semua bergoyang ke kiri ke kanan untuk mencari keseimbangan. Di saat bersamaan, banyak orang lain yang juga sedang berlatih mengendarai sepeda, maka tidak heran juga jika banyak orang yang jatuh dan terluka.
Di antara lautan orang yang sedang belajar naik sepeda ini, tentu ada yang terus mengayuh dengan sangat ambisius; setelah jatuh dan bangun berulang kali, tetap saja ia bangkit dan mengayuh agar bisa mempelajari bagaimana caranya untuk mendapatkan keseimbangan. Namun ada juga orang yang memilih untuk menepi ke samping, menenangkan diri sejenak dan mencoba belajar dari pengalaman orang lain di sekitarnya sehingga ia tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti mereka.
Coba analogikan kehidupan kita saat ini dengan momen belajar naik sepeda tersebut. Apakah bijak untuk terus mengayuh dan tidak peduli keadaan sekitar? Namun, apakah baik untuk terus berdiam di pinggir jalan dan mengamati orang lain? Tentu yang ideal adalah untuk mencoba menyeimbangkan keduanya, bukan?
Memang teori terdengar lebih mudah daripada praktek. Namun, coba jadikan momen ini untuk berkontemplasi dan tanyakan kembali kepada diri sendiri, apa saja hal yang sudah kita lakukan untuk mencapai keseimbangan? Apakah kita sudah mencukupi waktu istirahat kita di antara banyaknya pekerjaan yang menumpuk? Apakah kita sudah meluangkan waktu untuk bermeditasi di antara padatnya aktivitas? Apakah kita sudah memberikan asupan makanan bergizi di antara banyaknya waktu makan yang terlambat?