Sekitar tujuh tahun yang lalu, saya hampir kabur dari rumah. Tidak bahagia, marah sama diri sendiri, benci semua orang, tidak tahu apa yang harus dikerjakan, merasa tidak berguna, putus asa – ya, begitulah perasaan saya waktu itu. Yang berpikir kalau saya baik dan keadaan saya selalu baik, yang berpikir bahwa saya tidak pernah susah dan tidak pernah bikin susah, mungkin sekarang harus pikir-pikir lagi.
Suatu malam saya tidak tahan lagi dengan keadaan saya dan kemudian memutuskan untuk pergi saja dari rumah. Di saat saya sedang mengepak-ngepak baju, tiba-tiba papa saya membuka pintu kamar dan bertanya apa yang sedang saya lakukan.
Saya menunjukkan rasa (sok) marah saya lalu menjawab, “Saya mau pergi dari sini.”
Tapi kemudian reaksi papa jauh di luar dugaan. Papa tidak marah balik, tidak menghukum saya, tidak mengusir saya, bahkan juga tidak menghalangi saya untuk pergi. Papa cuma berkata seperti ini:
“Apa nggak sayang kamu mau pergi sekarang? Baru saja kemarin kamarnya dipasang poster bagus-bagus. Ya sudah kalau mau pergi nggak apa-apa. Tapi, pastikan tempat tinggalnya nanti itu aman. Ada makanan yang bisa dimakan. Bisa tidur yang enak. Yang penting nanti di sana aman dan baik-baik saja. Sudah tahu belum mau pindah ke mana…?”.
Menurutmu, bagaimana perasaan seorang anak ketika mendapat jawaban demikian? Hati saya luluh, saya merasa mendapat hadiah yang sangat berharga – perasaan dicintai dan dimaafkan. Saya tidak jadi pergi dari rumah.
Dan entah bagaimana jadinya kalau saja waktu itu respon Papa berbeda.
Sesungguhnya waktu itu Papa dan saya sedang saling bermaafan. Papa memaklumi, menerima, dan memaafkan tingkah laku saya yang kurang ajar dan kekanak-kanakan. Dan saya memaklumi, menerima, dan memaafkan ketidaksempurnaan Papa sebagai seorang papa, suami, dan manusia. Dan sebenarnya kita pada akhirnya sama-sama tidak sempurna juga, sama-sama sedang bertumbuh juga.
Barangkali kamu pernah merasakan apa yang saya rasakan.
Barangkali… seseorang saat ini sedang menunggu untuk dimaafkan oleh kamu. Dan mungkin kamu tidak tahu, tapi satu kata maaf darimu mungkin benar-benar bisa membebaskan orang itu dari penderitaannya.
Barangkali… kamu belum bersedia menerima permintaan maaf dari seseorang. Dan mungkin orang tersebut sekarang sudah lega, tapi kamu yang di dalam hati masih menyimpan dendam. Masih gengsi dan tidak rela.
Barangkali… kamu pun perlu meminta maaf. Karena setiap kita tidak luput dari khilaf.
Saya bersyukur bahwa di sepanjang hidup saya, saya berkesempatan untuk berulang kali dimaafkan oleh kedua orangtua saya. Tidak habis-habis mereka memaklumi dan menerima saya sehabis saya “kalah perang” di luaran.
Pengalaman kita mungkin sama, mungkin berbeda. Tapi yang juga sangat penting yang bisa saya bagikan adalah…
Lebih mudah memang untuk menghukum diri sendiri. Untuk menganggap diri rendah, bodoh, bebal, tidak becus, tidak berguna, dan tidak berharga. Lebih mudah untuk menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa dengan demikian kita sedang belajar menjadi baik, sedangkan mau terlihat baik di mata orang lain sendiri sebenarnya adalah praktek memperbesar keakuan diri.
Barangkali… sudah saatnya kamu memaafkan dirimu sendiri saat ini. Memaklumi, menerima, dan memaafkan semua kesalahan yang pernah, sedang, atau bahkan akan kamu lakukan. Karena pasti di masa depan pun kamu tidak luput dari ketidaksempurnaan. Memaklumi, menerima, dan mencintai diri sendiri itulah yang menjadikan kita sempurna apa adanya.
Mohon maaf lahir dan batin.
Apabila kamu merasa tulisan ini bermanfaat, silakan bagikan. Terima kasih banyak untuk semua cinta dan pengertian yang kamu berikan selama ini. I am very very grateful for your existence! See you soon!
Love and light,
Amelia adalah serang Quantum Healing Practitioner & Intuitive Coach. Misinya adalah membantu orang lain untuk menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mengapa mereka ada di sini, dan bagaimana untuk menjadi diri mereka yang sejati. Ia melakukannya dengan berbagai cara, mulai dari quantum healing, card reading, chakra wisdom healing, meditasi, dan menyalurkan pesan dari Semesta lewat life coaching. Saat ini Amelia terus melakukan one-on-one terapi dan coaching, juga berbagai kelas offline dan online, workshop dan retreat. Ia secara rutin tetap berbagi ilmu gratis lewat langganan newsletter yang bisa diakses di ameliadevina.com. Amelia bisa dihubungi lewat email hello@ameliadevina.com, halaman facebook Amelia Devina, dan instagram/ twitter @ameliadevina777.