Seperti yang sudah disampaikan pada artikel sebelumnya, perasaan bersalah muncul dari konsep benar-salah yang dipegang erat oleh sebagian besar orang; Di mana sebuah kesalahan diniliai sebagai sesuatu yang tidak lebih baik dari hal yang dianggap benar. Padahal sesuatu yang dianggap benar benar mau pun salah bersifat relatif dan memiliki peran yang sama pentingnya dalam kehidupan kita.
Nah, selama kita masih memengang teguh konsep salah dan benar yang selama ini ditanamkan oleh lingkungan di sekitar kita, maka kita akan sulit terlepas dari rasa bersalah. Mengapa?
Saya pernah menonton video ceramah salah satu pemuka agama yang cukup populer di Indonesia. Saat itu, ia membuka sesi tanya jawab dan ada seorang umatnya yang bertanya mengenai pernikahannya dengan seorang pria yang berbeda agama dengannya. Perempuan tersebut merasa sangat khawatir dengan hubungannya karena di kitab sucinya tertera bahwa adalah salah jika ia menikahi seorang yang berbeda agama dengannya. Perempuan tersebut terlihat sangat khawatir, apakah ia akan masuk neraka karena pilihannya ini?
Namun, dengan sangat tegas pemuka agama tersebut berkata bahwa ia harus segera bercerai dengan suaminya karena pernikahan tersebut tidak sah dan tidak akan diberkahi oleh Yang Maha Kuasa. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa setelah menceraikan suaminya, perempuan tersebut bisa segera menikah dengan lelaki se-iman apa pun latar belakangnya dan juga meminta pengampunan dari Yang Maha Kuasa agar pernikahan selama 5 tahun dengan suaminya yang berbeda agama dengannya tersebut bisa dimaafkan.
Air mata perempuan tersebut mengalir deras. Saya yakin bahwa hatinya bergejolak; Di satu sisi ia pasti sangat mencintai suaminya, sedangkan di sisi lain ia pasti merasa takut dengan penghakiman yang ditujukan oleh pemuka agama tersebut kepadanya.
Konsep salah-benar seringkali tertanam di benak kita tanpa kita sadari; Kita diajarkan mengenai apa yang salah dan dan apa yang benar dari orang tua kita, yang mana mereka juga dapatkan dari orang tua mereka. Belum lagi konsep salah dan benar yang ditanamkan melalui doktrin agama yang sudah kita anut sejak kecil. Jika ditarik lebih jauh lagi, konsep benar dan salah ini juga ada dalam kehidupan bermasyarakat di mana kita dipaksa untuk mengikuti apa yang dipercaya masyarakat sebagai hal yang baik.
Bayangkan jika kehidupan kita dihadapkan dengan konsep benar-salah yang sangat kaku seperti kejadian di atas? Tentu kita akan hidup dalam ketakutan dan perasaan bersalah; Takut jika melakukan kesalahan dan tidak dapat dimaafkan dan diterima oleh orang-orang disekitar. Bahkan Tuhan sekali pun juga akan menghukum kita karena kesalahan yang kita perbuat.
Padahal Tuhan adalah maha pengasih dan maha penyayang. Tuhan adalah sumber cahaya dan cinta kasih yang tentunya sangat jauh dengan gambaran sebagai sosok yang akan memberikan penghakiman dan juga hukuman kepada setiap manusia yang melakukan hal yang dianggap salah.
Dengan sekian banyaknya akibat yang bisa terjadi karena perasaan bersalah ini, apakah kamu masih ingin terus menerus terpaku pada konsep salah-benar yang ditanamkan? Mungkin ini sudah saatnya untuk meninjau kembali mana dogma yang relevan dan akan membantu perkembangan hidup kita dan mana yang akan membuat diri kita semakin terpuruk.