Perdamaian dunia perlu dimulai dari diri sendiri

\\\"witnessday\\\"

 

Sangat mudah bagi kita untuk berteriak mengajak orang lain menegakkan perdamaian dunia. “Kita harus menjaga perdamaian kota dan negara kita. Kita harus bersatu.” Begitu mungkin yang kita dengan mudah tuliskan di status sosial media atau kita bicarakan saat hangout dengan teman-teman kita.

Tapi, barangkali, ada beberapa hal yang kita lupa mengenai bagaimana perdamaian dunia bisa terwujud.

Atau mungkin, perlu saya tekankan – dan maaf kalau harus mengguncang mimpi indah kalian, perdamaian dunia sesungguhnya tidak mungkin bisa terwujud.

Seperti terang yang tidak mungkin hadir tanpa adanya gelap, seperti kebijaksanaan yang tidak mungkin hadir tanpa adanya penderitaan, seperti perbuatan baik yang tidak mungkin hadir tanpa adanya orang yang membutuhkan, seperti itu jugalah dunia ini berputar. Dibutuhkan satu untuk membentuk yang lainnya. Mereka tidak terpisahkan. Perdamaian dunia belum tentu akan terwujud, tapi intensi dan usaha kita untuk mewujudkan perdamaian dunialah yang membuat segala sesuatunya berbeda, membuat hidup kita dan dunia kita menjadi semakin bermakna.

 

\\\"perdamaian

 

Seperti halnya kedamaian, peperangan juga adalah akibat dari karma kolektif

Lebih mudah untuk mengkambinghitamkan pihak lain atas apa yang terjadi pada negara kita atau dunia kita. Mereka yang berada di Amerika Serikat mungkin bisa berkata bahwa inilah akibat dari ulah presiden mereka yang selalu bikin perang di Timur Tengah dan keadaan akan memburuk karena Donald Trump sudah terpilih menjadi presiden. Dan di Indonesia, orang-orang bisa berkata, keadaan politik yang bergejolak ini adalah akibat si ini dan si itu yang terlalu banyak korupsi, mau menutup jejak langkah rezim sebelumnya.

Tapi, kita perlu ingat bahwa keadaan yang menimpa suatu bangsa adalah akibat dari sebab yang sudah dilakukan oleh bangsa tersebut. Dan ketika kita menyebut ‘bangsa’ berarti kita menyebut orang-orang yang tinggal di negara tersebut. Kita semua. Setiap orang dari kita. Apa yang kita sudah lakukan sebagai sebuah bangsa menentukan nasib kita berbangsa di tanah ini. Pemerintah mungkin salah, tapi perilaku kita sehari-hari, kekerasaan, kesemena-menaan, ucapan dan perilaku kita yang rasis, penghakiman yang kita buat atas orang yang berbeda dengan kita, peperangan besar dan kecil yang kita lakukan di tempat kerja, keluarga, dan dengan diri kita sendiri – semuanya membentuk karma kolektif ini.

Rasa marah terjadi karena adanya ketakutan. Ketika seseorang merasa terancam, ia menutup diri dari pihak luar dan menyerang. Selama ini kita bagaikan boneka bodoh karena dengan mudahnya dibuat takut oleh pemerintah, media, dan orang-orang yang ada di sekitar kita.

Jangan takut. Rasa takut tidak bisa menyinari kegelapan. Hanya cinta kasih yang bisa mengubah ketakutan, rasa marah, dan peperangan menjadi rasa aman, welas asih, dan perdamaian.

 

Dan untuk mengubah apa yang terjadi pada kita hari ini, itu berarti kita membutuhkan karma kolektif sukacita, kebahagiaan, penerimaan, keikhlasan, cinta kasih, dan perdamaian yang lebih besar untuk mewujudkan rasa aman dan damai di negara kita masing-masing. Dan ini berarti kita perlu memulai dari diri kita sendiri.

 

\\\"perdamaian

 

Semakin dibicarakan, semakin besar intensitas apa yang kita bicarakan untuk terjadi

Saya ingat sekali apa yang pernah dikatakan oleh Higher Self klien saya saat saya bertanya mengenai fenomena LGBT yang beberapa waktu lalu sangat ramai dibicarakan di Indonesia. Dan Higher Self klien tersebut berkata bahwa isu LGBT menjadi begitu besar justru karena semua orang membicarakannya. Semakin dibicarakan, semakin besar intensitas yang kita berikan kepada isu tersebut. Semakin tertekan, semakin menjadi-menjadi. Semakin dilebih-lebihkan, semakin berjangkit di mana-mana.

Jadi, mari kita stop bicara soal rasa takut. Stop bicara soal peperangan. Kalau kita tidak mau ini terjadi, mari kita perkecil dan tiadakan intensitas isu ini mulai dari diri kita sendiri.

Sebagai gantinya, bicarakanlah dan postinglah hal-hal yang membuat diri sendiri dan orang lain gembira, tertawa, damai dan berbahagia. Berpikir, berkata-kata, dan bertindaklah dengan menjadikan kebahagiaan diri (self love) sebagai prioritas. Karena orang yang berbahagia dan puas hidupnya tidak akan sanggup menyakiti orang lain. Berpikir, berkata-kata, dan bertindaklah dengan sebuah pemahaman bahwa kita tidak mungkin bisa bahagia sendirian. Kalau kita ingin diri sendiri bahagia, bahagiakanlah orang lain.

 

\\\"perdamaian

 

Rasa damai dimulai dari diri sendiri

Tapi, teman-teman, semua ini akan sia-sia kalau kita tidak memulainya. Bagaimana mungkin kita bilang stop peperangan tapi kita sendiri masih berperang ke dalam diri kita, tidak bisa menerima diri sendiri apa adanya? Bagaimana mungkin kita bilang stop rasisme kalau kita sendiri selalu mencibir tetangga kita yang berbeda agama dan suku dengan kita? Bagaimana mungkin kita bilang stop menghakimi orang lain kalau bahkan kita sendiri masih suka mengukur orang berdasarkan penampilan, uang, dan banyaknya aset yang mereka miliki?

Rasa puas, aman, damai, dan bahagia berasal dari dalam diri sendiri. Orang lain bisa melukai kita. Dunia bisa melukai kita. Tapi ketika kita tahu siapa kita dan kita mempunyai cinta kasih dalam hati, semua luka, trauma, dan penderitaan hanya akan membuat kita bersinar semakin terang.

 

Mulai dari diri sendiri, teman-teman. Hidup sudah penuh dengan penderitaan. Ketika kita terluka kita berpotensi untuk melukai orang-orang yang kita sayangi. Tetapi kalau diri kita sendiri sembuh, tidak hanya orang yang kita sayangi juga sembuh, kita bahkan berpotensi untuk menyinari orang banyak dengan cahaya cinta yang kita miliki.

 

Jadilah sinar terang itu. Jadilah lilin kecil itu. Tolong bantu saya menyebarkan pesan perdamaian ini kepada sebanyak-banyaknya orang. Sudah saatnya kita berhenti menyalahkan, sudah saatnya kita mulai bertindak – mulai dari diri kita sendiri.

Saya doakan semoga setiap kita berdamai dengan diri kita masing-masing dan berdamai dengan satu sama lain. Terima kasih sudah membaca. I’ll see you soon!

 

Love and light,

\\\"sign\\\"

 

 

 

 

\\\"ameliadevina1\\\"Amelia adalah seorang penulis dan Intuitive Coach. Misinya adalah membantu orang lain untuk menemukan siapa diri mereka sebenarnya, mengapa mereka ada di sini, dan bagaimana untuk menjadi diri mereka yang sejati. Ia melakukannya dengan berbagai cara, mulai dari quantum healing, card reading, chakra wisdom healing, meditasi, dan menyalurkan pesan dari Semesta lewat life coaching. Saat ini Amelia terus berbagi lewat berbagai kelas offline dan online, workshop dan retreat. Ia secara rutin menulis pada blog yang bisa diakses di ameliadevina.com. Amelia bisa dihubungi lewat email hello@ameliadevina.com, halaman facebook Amelia Devina, dan instagram/ twitter @ameliadevina777.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *