witnessday

Mengapa Kemarahan Bisa Menguasaimu

Beberapa hari yang lalu, saya menonton video di mana seorang anak laki-laki yang mengungkapkan kemarahannya dengan mendorong dan membongkar paksa motornya dengan tangan kosong karena ia ditilang ketika berkendara. Pacarnya yang diboncengnya pun histeris, mungkin ia merasa terkejut dengan apa yang ia lihat. Mengapa hal sesepele ditilang saja bisa membuat seseorang menjadi seperti itu?

Kemarahan Sebagai Salah Satu Bentuk Pertahanan Diri

Pernah lihat orang yang sudah salah malah marah-marah duluan? Jika sering, pasti kamu paham kondisi seperti ini. Orang-orang yang melakukan hal tersebut menjadikan kemarahannya sebagai tameng atau alat untuk berlindung atas kesalahan yang diperbuatnya. Biasanya kemarahan ini muncul dalam waktu cepat dan begitu meledak-ledak.

 

Kemarahan Sebagai Salah Satu Cara untuk Menenangkan Diri

Pada buku Steven Stosny yang berjudul Treating Attachment Abuse, ia menjelaskan model terapi ketika berhadapan dengan seseorang dalam hubungan yang abusive baik secara fisik dan emosional. Dalam buku itu Steve Stosny memberikan penjelasan secara ilmiah bagaimana kemarahan bisa berfungsi sebagai “kelegaan psikologis”. Salah satu hormon yang dikeluarkan otak selagi rasa marah muncul, norepinephrine, bekerja sebagai analgesik di mana biasanya digunakan untuk meminimalisir atau menghilangkan rasa sakit dengan cara mengebalkan area tubuh yang sakit tersebut.

Sehingga, ketika seseorang dihadapkan dengan kondisi fisik atau psikis yang sakit, kemarahan yang dikeluarkan akan membantu untuk mengeluarkan hormone tersebut dan membuat kita menjadi ‘mati rasa’ terhadap rasa sakit yang dialami.

Kemarahan Sebagai ‘Jalan Pintas’ dalam Pemberdaayan Diri

Jika kemarahan bisa ‘mengatasi’ rasa sakit yang kita rasakan, maka kemarahan juga bisa mengatasi rasa perasaan tidak berdaya yang kita rasakan. Lagi-lagi hormon berperan dalam hal ini. Selain hormon norepinephrine, kemarahan juga membantu produksi amphetamine berupa hormon epinephrine yang dapat memungkinkan kita merasakan engergi menyeluruh pada seluruh tubuh kita. Biasa orang menyebutnya dengan adrenaline rush.

Jika kamu pernah merasakannya, maka kamu pasti paham ketika rasa marah tersebut memberikan kita sensasi bahwa kita memiliki kontrol atas hal tersebut. Misalnya, ketika orangtua marah-marah kepada anaknya  karena adanya perasaan tak berdaya ketika anak tersebut membuat masalah di sekolah, maka janganlah heran jika banyak orangtua yang beranggapan bahwa dengan kemarahan, semua bisa kembali terkendali. Dan secara tidak kita sadari, kemarahan tersebut bukanlah memberikan kita kontrol atas semua hal. Namun, kemarahan tersebutlah yang mengontrol kita.

Kemarahan Sebagai Cara untuk Membuat Hubungan (Rapuh) Tetap Berjalan

Setiap dari kita membawa luka masa lampau yang mungkin banyak dari kita yang belum berusaha untuk mengobati luka tersebut. Banyak juga yang memilih untuk tidak ingin luka tersebut didekati, meski untuk diobati sekalipun. Tidak jarang juga seseorang menggunakan kemarahan untuk melindungi luka tersebut.

Dan hal ini tentu saja berpotensi menimbulkan masalah saat kita berhubungan dengan pasangan kita. Bayangkan ketika mereka tidak sengaja menyentuh luka kita, kita menjadi marah. Dan kemarahan tersebut menimbulkan luka baru bagi pasangan kita, dan juga membuat hubungan semakin menjauh.

Namun, secara sadar tidak sadar, pasangan tersebut jadi terbiasa dengan kemarahan. Kemarahan tersebut menjadi dimaklumi dan pasangan tersebut menjadi attached dengan kemarahan tersebut, dan hal ini bisa berakibat fatal. Misalnya pasangan yang tetap bertahan pada kasus KDRT, pasangan yang merasa saling mencintai karena saling menyakiti dan berbagai kasus hubungan abusive lainnya.

Kembali ke awal topik, seorang pria yang marah-marah lalu menghancurkan motor. Bisa saja apa yang terjadi adalah gabungan dari keempat hal tersebut. Dengan mempelajari kemarahan tersebut kita bisa mulai bertanya kepada diri kita sendiri terhadap kemarahan yang kita rasakan, “Apa pemicunya? Apa yang sebenarnya sdang kita lindungi?”

 

Share the love...Share on Facebook
Facebook
Share on Google+
Google+
Tweet about this on Twitter
Twitter