witnessday

Harga dari Sebuah Ekspektasi

Jika diibaratkan sebagai sebuah benda, ekspektasi adalah sebuah benda yang mahal harganya, tapi seringkali diberikan dan bahkan diumbar begitu saja. Saya cukup yakin, teman-teman pasti familiar dengan kisah di mana seseorang menaruh ekspektasi kepada kita, namun kita tidak menyadarinya yang ujung-ujungnya malah membuat si pemilik ekspektasi tersebut kecewa, marah, ataupun sedih karena ekspektasinya tidak disambut dengan baik.

Sadar gak sadar, kita semua pasti memiliki ekspektasi. Apalagi ketika berhubungan dengan orang-orang terdekat dalam hidup kita; terhadap anak, pasangan, orangtua, teman, rekan bisnis dan juga kepada orang-orang lain.

Kita berekspektasi agar orangtua kita lebih bijak, di saat bersamaan orangtua kita juga berekspektasi agar kita menjadi lebih mendengarkan. Pasangan kita berekspektasi agar kita lebih perhatian, namun di sisi lain kita sendiri berekspektasi pasangan kita untuk lebih memberikan banyak waktunya kepada kita.

Saya sempat bilang di paragraf awal bahwa ekspektasi itu bagaikan benda yang mahal. Mengapa? Karena di balik setiap ekspektasi tersebut tersimpan keinginan atau bahkan kebutuhan yang mencerminkan apa yang sebenarnya diri kita harapkan bisa kita penuhi sendiri.

Ketika kita berekspektasi rekan kerja kita bisa lebih bekerjasama, sadar gak sadar kita sebenarnya sedang bergelut agar kita bisa bekerjasama dengan lebih baik. Ketika kita berekspektasi pasangan kita bisa lebih hemat, sadar gak sadar kita juga sedang bergelut dengan bagaimana kita mengelola keuangan.

Kita semua adalah manusia, makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Kita tidak bisa menjadi 1 manusia sempurna yang serba bisa. Kita butuh bantuan orang-orang terdekat kita untuk saling memenuhi kebutuhan kita. Maka dari itu saya ingin sampaikan di sini bahwa ekspektasi itu penting, ekspektasi itu barang mahal yang sebaiknya dikelola secara bijak.

Agar ekspektasi terkelola dengan baik, ekspektasi juga harus disampaikan, dikomunikasikan dengan orang-orang terdekat tersebut. Coba deh renungkan..

Apa saja selama ini ekspektasi yang tak terpenuhi dari pasangan atau orang-orang terdekatmu?
Pernahkah kamu mengkomunikasikannya pada orang-orang tersebut?

Berdasarkan penjelasan di atas, menurutmu apa saja kebutuhanmu jika dilihat dari segala ekspektasimu saat ini?

Menyadari bahwa kamu juga berperan untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri, apa yang bisa kamu lakukan?


Saat mengkomunikasikan ekspektasi kita, tidak menutup kemungkinan, di saat yang bersamaan kita juga harus memenuhi ekspektasi orang tersebut kepada kita dan hal itu sangatlah biasa, baik-baik saja. Daripada kita saling menuntut, lebih baik kita saling mengkomunikasikannya dan juga saling mengelola agar bisa sama-sama memenuhi ekspektasi satu sama lain.

Nah bagi kamu yang ingin lebih paham bagaimana caranya menyampaikan ekspektasi yang tidak terpenuhi, yuk belajar bareng bersama Coach Lex dePraxis yang sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun di dunia love & relationship dalam Zoom Masterclass “Bagaimana Menyampaikan Ekspektasi yang Tak Terpenuhi” Hari Selasa, 18 Agustus 2020 jam 20:00-22:00 WIB. Bagi kamu yang tertarik, silakan daftar di sini.

Share the love...Share on Facebook
Facebook
Share on Google+
Google+
Tweet about this on Twitter
Twitter