Percaya gak sih kalau saya bilang kita semua sangat mudah dan sangat suka untuk jatuh cinta? Ketika melihat anak kecil dengan tingkah atau wajah yang lucu, tiba-tiba hati kita berbunga-bunga sambil bilang, “Aduh lucu banget”. Begitupula ketika kita melihat seseorang yang cantik dan ganteng. Meski kita tidak mengenal mereka, tapi di dalam hati kita menyukainya dan berkata, “Aduh cantik/ganteng banget ya”..
Namun karena pengalaman kita yang seringkali tidak mulus pada kehidupan ini, kita menjadi lebih berhati-hati. Bahkan tidak jarang di antara kita malah jadi sulit untuk mencintai. Karena kita pernah disakiti oleh orangtua, kita jadi membenci mereka. Karena kita pernah disakiti pasangan kita, kita jadi menutup hati dan memiliki ketakutan untuk membuka hati dan mencintai.
Kita sering patah hati, sampai enggan dan lupa untuk tetap mencintai.
“Bagaimana bisa untuk mencintai jika kita sudah sangat tersakiti?”
Banyak yang menanyakan hal ini kepada saya. Dan saya merasa kita seringkali lupa untuk..
1. Mengizinkan yang perlu terjadi untuk terjadi
Di dalam salah satu post saya yang ada di Instagram, saya pernah menceritakan kejadian di mana saya harus mengantar pacar saya menuju kematian. Saya tahu persis itu bukan salah saya. Dia sakit dan pada saat itu semua terasa begitu cepat. Saya pun sudah melakukan semua yang terbaik untuknya, namun apa daya, semesta berkata lain. Pada saat itu, saya terus mencoba untuk mengizinkan apa yang perlu terjadi untuk terjadi. Sangat berat, tapi itulah cara terbaik untuk melewatinya.
Di sisi lain, kita butuh belajar dan mengenal hal baru untuk bertumbuh dan berkembang. Jika kita tidak mengizinkan hal-hal tersebut terjadi pada diri kita, maka sulit untuk belajar dari hal tersebut. Bahkan kita bisa masuk ke dalam fase denial, di mana kita menyangkal perasaan dan juga keadaan yang sedang kita alami dan itu bukanlah hal yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual kita.
2. Belajar dari hal tersebut
Setiap kejadian punya hikmahnya tersendiri. Setiap orang bisa menjadi guru bagi kita. Maka sebaiknya kita tidak menyia-nyiakan kejadian-kejadian tersebut hanya dengan membenci dan menyesalinya. Namun sebaiknya kita mempelajari, apa hikmah di balik kejadian tersebut. Agar kita bisa “naik kelas” dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Saya pribadi pernah menjadi selingkuhan secara tidak sadar dan saya merasa itu adalah kejadian buruk yang tak terlupakan. Apalagi pada jaman di mana orang menganggap selingkuhan sebagai penyebab utama kerusakan rumah tangga. Namun dari kejadian tersebut, saya menjadi sadar pentingnya untuk mengetahui status calon pasangan kita dengan detail dan lebih berhati-hati ketika menjalankan hubungan.
3. Mengambil tanggung jawab penuh atas apa yang dirasakan
Saya sekalipun sering lupa melakukannya. Saking sakitnya hati ini, saya juga pernah melontarkan kalimat seperti, “Kenapa sih harus terjadi lagi?”, “Kenapa harus saya?”. Pada beberapa kesempatan sesi curhat klien saya pun banyak yang melontarkan kalimat seperti, “Semua terjadi karena salahnya dia!”.
Kita seringkali lupa kalau kejadian tersebut hanya bisa terjadi jika ada partisipasi kita. Kita tidak akan disakiti terus menerus jika kita meninggalkan hubungan tersebut pada kejadian pertama. Kita tidak akan merasakan perasaan gak enak jika kita tidak menaruh harapan besar. Dan hal-hal itulah yang masih dalam kendali kita, namun kita lupa dan malah sepenuhnya menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut.
4. Melakukan meditasi & innerwork
Meditasi adalah salah satu cara melatih diri untuk mengamati fenomena yang muncul dan tenggelam tanpa-aku. Dengan begitu kita akan bisa memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai sebuah kejadian.
Selain itu, meditasi juga bisa menjadi pintu masuk untuk melakukan innerwork di mana kita ngobrol dengan diri kita sendiri. Tanyakan apa yang kita rasakan? Apakah kejadian ini mungkin terjadi karena trauma masa lalu? Apakah kita butuh perhatian? Apakah kejadian tersebut menjadi sebuah cerminan atas diri kita sendiri?
5. Mengikhlaskannya
Banyak orang yang merasa bahwa “time will heal”, makanya segala perasaan atas kejadian tersebut dibiarkan mengendap begitu saja. Setelah emosinya lewat, semuanya sih terlihat baik-baik saja. Namun jika kita tidak mengambil waktu untuk melakukan innerwork, memaklumi, menerima, memaafkan dan juga mengikhlaskannya, maka endapan tersebut bisa naik kembali ke permukaan secara tiba-tiba tanpa disadari.
Maklumilah karena semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Terimalah kejadian tersebut sebagai bagian dari proses pembelajaran. Maafkan dan ikhlaskanlah karena kamu berharga dan berhak untuk membuka lembaran baru dengan kondisi yang lebih baik dan berbahagia.
Broken heart is an open heart. Karena kamu pernah patah hati, dikecewakan oleh seseorang yang dekat dan sangat kamu sayangi, bukan berarti bijak untuk menutup hati. Namun hal ini juga bukan berarti kamu harus terus menerus mencintai dengan cara yang sama. Kamu bisa tetap mencintai dengan cara yang berbeda. Meskipun harus putus contact, bukan berarti kamu stop mendoakan yang terbaik untuknya kan?
Selamat mencinta (kembali)