witnessday

Era Penuh Kebencian: Bagaimana Menyelesaikannya?

 

Penembakan massal yang terjadi di Las Vegas beberapa hari yang lalu benar-benar menarik simpati banyak pihak. Kejadian tersebut adalah penembakan massal paling mematikan sepanjang sejarah Amerika modern karena telah mengorbankan 59 nyawa dan menyebabkan luka-luka pada 527 orang peserta konser lainnya. Banyak isu dan asumsi yang beredar mengenai motivasi pelaku; ada yang bilang bahwa ia terinspirasi dari gerakan terorisme, ada juga yang menolak untuk mengaitkan aksinya dengan terorisme. Terlepas dari apa pun motivasi pelaku, hal ini benar-benar menimbulkan trauma dan ketakutan bagi banyak orang.

Pada era informasi ini, sangatlah mudah bagi kita untuk mendapatkan dan juga membagikan informasi. Namun sayangnya, kemudahan ini seringkali digunakan oleh sebagian orang untuk membagikan kebencian terhadap sesuatu. Tak heran jika akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar berita mengenai munculnya fitnah, kekerasan fisik dan juga bentrokan yang terjadi di antara kita.

Mungkin ada di antara teman-teman yang bertanya-tanya, “Mengapa bisa begitu?”, “Mengapa ada orang yang begitu penuh dengan kebencian?” dan berbagai pertanyaan lain yang ingin menggali lebih lanjut dari mana sebenarnya munculnya kebencian tersebut.

Tentu saja ada banyak pemicu munculnya kebencian; karena pernah disakiti di masa lalu, perasaan tidak puas baik terhadap orang lain maupun diri sendiri, hingga jalinan jodoh yang kurang baik dari kehidupan lampau. Namun, akar dari semua penyebab tersebut adalah kurangnya cinta kasih; baik itu cinta kasih dan pengertian kepada orang lain, maupun kepada dirinya sendiri.

Salah satu pepatah yang cukup populer dan saya rasa sesuai dengan topik ini adalah “Tak kenal maka tak sayang”. Kita biasanya cenderung untuk lebih mudah memaafkan dan mengerti orang-orang yang dekat dengan diri kita; orangtua, teman dekat dan juga saudara, karena kita tahu perjalanan hidup mereka dan mengerti betul apa yang mereka rasakan.

Misalnya saja kita adalah seorang wanita karir yang baru saja pulang ke rumah sehabis lembur seharian di kantor. Bayangkan jika sesampainya di rumah kita melihat rumah yang berantakan. Mungkin akan muncul perasaan marah dan juga benci terhadap orang yang mengotori rumah. Padahal kita merasa begitu lelah dan ingin langsung beristirahat. Begitu kita mengetahui bahwa anak kita yang masih balita lah yang melakukan hal tersebut, kita tidak mungkin memarahinya, bukan?

Padahal, orang yang kita benci bisa saja sedang mengalami kejadian berat yang membuat mereka lalai dalam bersikap. Kita tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, khawatirkan atau masalah apa yang sedang dihadapinya. Jadi, bukankah lebih bijak jika kita bisa melepas perasaan benci yang muncul terhadap orang lain?

Selain itu, bukankah kita juga pernah mengalaminya? Hari-hari di mana kita sedang menghadapi berbagai masalah beruntun yang membuat kita kalut, sulit untuk berpikir jernih. Di saat seperti itu, kita juga ingin dimaklumi dan dimaafkan, bukan?

Saat ini, kita mudah sekali diprovokasi oleh kebencian. Tapi belum tentu mudah diprovokasi oleh cinta kasih. Kalau kita bisa berteriak begitu kencang untuk membela sesuatu dengan rasa benci, kenapa kita tidak bisa melakukan yang sama sama untuk cinta?

Mulai dari sekarang, yuk belajar untuk saling mencintai dan memaklumi satu sama lain 😊

Share the love...Share on Facebook
Facebook
Share on Google+
Google+
Tweet about this on Twitter
Twitter